motivasi

KERASNYA JALANAN VS LEMBUTNYA KUCING (RONDE 2)

11.41

Sabtu, 17 Agustus 2019 15.02

Ketemu lagi dengan postingan cerita gua bagian kedua. Kalau kalian belum baca bagian pertama, baca dulu lah nanti gak nyambung ceritanya. Pas banget nih lagi ultah RI yang ke 74, di saat orang lain duel di lomba agustusan, gua di sini malah menyajikan duel jalanan vs kucing. Ya langsung aja tutup browser kalian silakan baca cerita true story gua bagian kedua ini.
...


Mata gua melotot, Pak Pemilik motor naikin standar motornya kayak mau manasin motor dan beneran terjadi, dia geber dong motornya berharap langsung keluar tuh kucing. Meskipun keluar, bayangan gua pasti yang keluar bukan kucing utuh. Gua gak bisa menyalahkan dia sih, Pak Pemilik Motor pasti kerepotan dan mau buru-buru. Tapi tetap saja, jiwa pencinta kucing gua bergetar melihat kucing di dalam mesin berisik seperti itu.

Sontak gua bilang ke Pak Pemilik Motor agar ke bengkel nitrogen yang dekat itu. Gua tunjukin jalannya dan dia mengikuti dari belakang. Setelah gua bilang ke montirnya, di mulailah operasi “pengangkatan anak kucing”. Tak disangka, Mas Tongkat Kayu juga ikut menyusul menunggu operasi pengangkatan tersebut. Entah apa yang bikin dia ikut join, mungkin dia juga pencinta kucing atau malah pencinta Bapak Pemilik Motor itu? Wah jangan-jangan mereka …

stop bang, pikiran lu gak jernih nih

Selagi menonton Pak Pemilik Motor dan Mas Montir, suasana canggung muncul antara gua dan Mas Tongkat Kayu. Gua berinisiatif memulai obrolan singkat, gua orangnya gak banyak omong dan gak mau tahu informasi orang yang gua ajak ngobrol, seperti halnya gua, yang gak suka digali informasinya. Obrolan hanya sekitar kerja apa, terus dari mana mau ke mana, suka sama Bapak itu atau gak. Obrolan ini gak lama sampai Mas Tongkat Kayu pamit, meninggalkan gua dan Pak Pemilik Motor. Entah kenapa gua masih mau menunggu, setidaknya sampai gua melihat kucing itu keluar.

Gua mencoba mendekat ke Pak Pemilik Motor, dia keliatan megangin setang motor buat angkat roda depan. Mas Montir terlihat jongkok memeriksa di bawah. Dari mereka gua tau kalau kucing kecil itu masuk jauh banget sampai ruang di bawah pijakan kaki. Gua gak nyangka ternyata motor matic di bawah pijakan itu masih ada ruang kosong. Awalnya gua kira isinya penuh akan kabel atau bagian mesin. Maklum lah gua gak tau, gua lelaki sejati, pakenya motor manual, bukan otomatis.

Disela-sela keheningan operasi pengangkatan itu, gua lagi-lagi mencoba ajak obrol Pak Pemilik Motor, sambil bantuin Pak Pemilik Motor angkat setang motornya. Hampir sama sih kayak mas tongkat kayu isi obrolannya. Dari hasil obrolan dengannya, gua bisa tau kalau Pak Pemilik Motor agak mau pulang cepet, karena dia ditunggu seseorang. Gua sempet melihat di bawah setang motor dia ada semacam bungkusan. Gua yakin bungkusan itu yang harus segera diantar, dan itu yang bikin alasan Pak Pemilik Motor buat cepet-cepet pulang semakin kuat dan masuk akal. Obrolan itu juga bikin ingatan gua sempet balik lagi ke saat Pak Pemilik Motor nendang-nendang bawah motor dan juga pas geber gas motor. Bapak ini sadis juga ya terlepas dari mukanya yang innocent.

Saat-saat mendebarkan pun berakhir ketika kucing kecil putih itu keluar tepat di ujung kiri bawah pijakan motor yang di buka Mas Montir. Gua terfokus ke kucing mungil itu, kira-kira berumur 2 bulan, ingin gua sentuh tapi dia keliatan gemetaran dan kebingungan. Cuma beberapa saat, kucing yang hampir seluruh bulunya putih itu tengak-tengok, dia pun langsung lari menuju belakang bengkel yang penuh rumput untuk bersembunyi. Gua berandai-andai bisa mengelus punggung kucing itu dan berkata: yang sabar ya cing, hidup di jalan itu keras, kalau lunak nanti mantul-mantul kendaraannya.

gak jelas maksud lu bang bercanda di saat kayak gitu apalagi ke hewan

Dari cerita pendek gua yang sengaja gua panjang-panjangin di atas, ada beberapa poin yang menarik.

1. Sikap orang bisa berubah saat melihat atau melakukan yang disukainya.
Kucing mungil itu mengubah sikap gua yang dari awal malas dan pengen pulang lah, tapi waktu itu gua rela melupakan antrean buat lihat keadaan kucing itu. Mungkin sikap ini normal kali ya, ketika orang melihat yang disuka akan membuat semangat dan ikut terlibat ke hal yang kalau dipikir lagi ya merepotkan. Mana ada orang yang mau berhenti di antrean pom bensin padahal tinggal beberapa langkah lagi gilirannya? Mana ada orang yang mau nungguin orang lain di bengkel padahal urusannya di pom bensin itu udah selesai? Mana ada orang yang awalnya mau posting artikel hiburan di blog malah jadi ngebahas kucing? Hal yang disuka lah yang membuat orang jadi seperti itu, mau merepotkan diri sendiri untuk hal yang disukai. 

2. Kucing mungil itu membuat gua membantu orang.
Mungkin gua orangnya lebih cenderung bantu orang kalau dia meminta. Itu pun belum tentu gua langsung bantu, pasti ada pertimbangan lagi. Di saat gua melihat orang yang kira-kira kesulitan, gua cuma berharap ada orang lain yang lebih baik dari gua yang menolongnya. Begitulah, gua berusaha menghindari hal-hal yang merepotkan. Tapi kucing mungil itu memaksa gua menolongnya, meskipun secara normal gua keliatan nolongin Pak Pemilik Motor. Tapi secara gak langsung gua menolong Bapak itu lewat si kucing mungil itu.

Baik banget tuh kucing rela masuk ke dalem motor buat ngajarin lu. Bahkan kucing aja tau lu itu orang jahat bang!

3. Kucing mungil itu membuat gua mulai percakapan duluan.
Gua tipe orang yang gak bisa mulai obrolan, gua tipenya penunggu. Ketika ada pertanyaan ya harus jawab, kalo gak ada yang tanya ya gak jawab. Simpelnya seperti itu. Tapi kucing mungil itu membuat kepanikan saat di antrean, sekaligus keheningan saat prosesi pengangkatan. Di keheningan itulah yang membuat suasana canggung, dan membuat gua mulai ngobrol. Well done cing. 

4. Kucing mungil itu membuat gua memikirkan kehidupan / rutinitas.
Gua yang berpikir dunia ini kejam banget buat gua (ya setidaknya semenjak macet-macetan di jalan plus di pom). Setelah melihat kucing mungil itu, gua menyadari pandangan kejamnya dunia menurut gua gak seberapa dibanding dari sudut pandang kucing lunak itu. Dia merasa kedinginan dan ketakutan sementara kucing lain tidur dengan susu dan selimut hangat, dia merasa kedinginan dan ketakutan sementara gua merasa hidup kejam, dia merasa kedinginan dan ketakutan sementara gua merasa kekurangan. Kekurangan itu cuma satu di dunia ini, yang pasti bukan kekurangan uang. Kekurangan yang mutlak adalah kekurangan rasa syukur, itulah yang diajarkan oleh si kucing mungil, lunak, kedinginan, dan ketakutan itu.
...

Okeh, semoga kalian bisa mengambil pelajaran dari cerita gua, bagian baiknya aja ya, yang bagian buruknya buang lah. Ibarat makan gorengan, makan cabenya, buang bakwannya. Kalo kalian ada cerita serupa, atau kalian juga sama-sama cat-lover, atau mau sekedar sharing pengalaman yang mengubah diri, atau apa pun itu, silakan tumpahkan semua di komenan ya, Insya Allah pasti selalu gua respon juga.

bukannya di awal gua bilang pembacanya cuma kita berdua doang?

Pesimis banget sih lu Bro, udah gua kasih cerita motivasi sama aja. Jangan kayak Bro ya kalian. Dia ibarat bakwan, buang aja haha. Tunggu dulu, kalo dia bakwan, gua cabe dong!
...


Bonus :

“Pelajaran dapat di dapat dari mana saja. Bahkan dari Pom Bensin sekalipun.” ~MNA, 2019
...

Credit Content Review : Reno

Tulisan Merepotkan Lainnya

7 Komentar

  1. iya nih bang, gua mau berbagi pengalaman juga berkaitan dengan kucing. Ini cerita temen gua sih, jadi di perjalanan dia nemu kucing hitam di jalan abis ke tabrak. Terus dibiarin karena gak punya cangkul buat nguburnya. Pas beberapa saat kena karma terus nabrak pengendara lain, terus para warga ngumpul dan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Astaga lu Bro, malah curhat komen disini, ini kan buat pembaca. Kita kan yang buat postingan, hadeh. Di bilang jangan pesimis.

      Hapus
    2. Bercanda Bang wkwk biar rame aja sekaligus memicu komentar selanjutnya

      Hapus
  2. Kucingnya kenapa ga dibawa pulang dan dipiara bang 🤭

    BalasHapus

Budayakan berkomentar meskipun itu merepotkan

blog butuh kunjungan

Keluh Kesah Pembaca

Get this in Link